Photo by Fernando Andrade on Unsplash
Di awal tahun ini, kita membaca berita di media online dan media sosial terkait salah satu restoran cepat saji (Fast Food) terkemuka mengumumkan pembatasan penjualan menu kentang goreng (French Fries) untuk kemasan besar (Large). Pembatasan penjualan yang dilakukan oleh McDonald’s (McD) ini bukan tanpa alasan atau siasat strategi marketing di era digital yang sering kita jumpai di media sosial.
Melansir CNBC Indonesia, ternyata kelangkaan kentang di restoran cepat saji ini tak hanya terjadi pada jaringan McD yang ada di Indonesia, namun juga terjadi di negara lain. Di Kenya, kendala ketersedian kentang juga terjadi pada rival McD, KFC. Sementara di Jepang, pembatasan penjualan kentang goreng sudah dilakukan sejak bulan Desember 2021 dan bahkan di Amerika Serikat, mereka sama sekali sudah tidak menyajikan French Fries.
Dikutip dari Kompas.com, menurut Associate Director of Communications McDonald’s Indonesia, Sutji Lantyka mengatakan bahwa pembatasan pembelian kentang goreng ini dilakukan lantaran adanya kendala pengiriman pasokan kentang dikarenakan pandemi Covid-19.
Dalam berita CNBC Indonesia juga disampaikan bahwa tingginya kasus virus Covid-19, membuat tren ekspor kentang dunia merosot. Hal ini terjadi pada Belanda, Perancis, dan Jerman yang merupakan eksportir utama dunia dimana pangsa pasar mereka masing-masing ditaksir mencapai 19,4%, 16,1% dan 8,7% dari ekspor kentang dunia.
Kentang tidak hanya menjadi makanan pokok di Eropa, tapi juga digemari penduduk di berbagai belahan dunia karena kentang tak hanya bisa diolah menjadi kentang goreng, namun juga dapat diolah menjadi berbagai sajian makanan lainnya. Di Indonesia sendiri, banyak sajian makanan berbahan kentang yang bisa dijadikan sebagai bahan utama maupun sebagai bahan pelengkap sajian yang nikmat, seperti perkedel kentang, keripik kentang, kue lumpur kentang, jalangkote dan masih banyak lagi.
Photo by bady abbas on Unsplash
Kentang merupakan jenis umbi-umbian yang dapat tumbuh subur dan berproduksi apabila ditanam pada ketinggian tertentu. Di Indonesia, kentang biasanya ditanam di areal pegunungan yang memiliki ketinggian 1000–2000 meter di atas permukaan laut, pada kelembaban tanah 70% dan curah hujan 200–290 mm tiap bulannya. Kentang cocok ditanam pada suhu 20–24 derajat Celcius (siang hari) dan 8–12 derajat Celcius (malam hari).
Sumber: Badan Pusat Statistik, Februari 2022
Pada tahun 2020, produksi kentang Jawa Barat mencapai 196.856 ton, yang menjadikan Jawa Barat menjadi salah satu produsen utama kentang nasional. Bahkan pada bulan November 2021 lalu, Jawa Barat juga berhasil mengekspor produksi kentangnya ke beberapa negara besar lho!
Sumber: Data luas panen kentang berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat — Open Data Jabar, Februari 2022
Pada tahun 2020 lalu, dengan tersedianya luas panen kentang sekitar 8500-an hektar, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung menjadi 2 daerah penyokong utama produksi kentang dari Jawa Barat dengan total produksi mencapai 180.000 ton atau >90% produksi kentang Jawa Barat.
Sumber: Data produksi kentang berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat — Open Data Jabar, Februari 2022
Produksi kentang di Jawa Barat diorientasikan pada produk olahan dan pemenuhan ekspor. Hal ini dilakukan dengan cara mendorong para kepala daerah untuk memasukkan sektor pertanian sebagai salah satu prioritas utama daerahnya masing-masing.
Pada November 2021 lalu, Mentan RI Syahrul Yasin Limpo bersama Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menghadiri kegiatan ekspor varietas kentang ke Amerika dan Tiongkok. Ekspor olahan kentang yang baru pertama kali ini dilakukan oleh UPTD Balai Benih Kentang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat.
Sebelumnya pada tahun 2019, kentang hasil produksi dari kabupaten Garut juga diekspor ke luar negeri. Total 5000 ton kentang diekspor ke Singapura dengan nilai Rp340 miliar.
Meskipun Jawa Barat tengah berusaha membuat kentang hasil dari pertanian di Jawa Barat menjadi go internasional, menurut Wagub Uu Ruzhanul Ulum memenuhi kebutuhan konsumsi kentang di Jawa Barat tetap menjadi prioritas utama. Pasalnya, jumlah penduduk Jawa Barat merupakan terbesar se-Indonesia, sehingga pemerintah harus menyiapkan hal ini, agar tidak terjadi hal tidak diinginkan.
Inovasi berbasis teknologi digital diterapkan pada proses pembibitan kentang oleh UPTD Balai Kentang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat yang berlokasi di Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Inovasi berbasis teknologi digital diterapkan pada proses pembibitan kentang oleh UPTD Balai Kentang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat yang berlokasi di Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Penerapan inovasi berbasis internet of things (IoT) dilakukan di UPTD Balai Kentang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat dengan menggunakan sejumlah alat yang canggih seperti panel sensor, komputer, dan smartphone. Pada saat dioperasikan, alat ini mampu mengetahui kondisi dan kebutuhan lahan pertanian seperti kelembaban tanah, ph air, dan suhu udara. Para petani kentang lebih dimudahkan dalam proses pemantauan lahan pertaniannya, mereka tidak harus datang ke lokasi, cukup dengan menggunakan smartphone dari jarak jauh.
Hasilnya, pihak UPTD Balai Benih Kentang mampu meningkatkan volume bibit kentang dari semula 15 ribu knol menjadi 25 ribu knol dalam sekali panen.
Tidak hanya itu, UPTD Balai Kentang juga memproduksi benih kentang hasil dari pengembangan, yang tidak hanya didistribusikan di Jawa Barat saja, namun juga telah didistribusikan ke sejumlah provinsi. Sehingga menjadikan Jawa Barat menjadi salah satu pemasok benih kentang nasional.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Petani Milenial. Sumber: Humas Jabar
Petani Milenial merupakan program yang dibuat khusus untuk anak muda berusia 19–39 tahun. Dengan menerapkan inovasi digital pada bidang pertanian, harapannya bisa membuat wajah baru pertanian modern Jawa Barat yang mandiri, produktif, dan berkelanjutan.
Gubernur Ridwan Kamil melihat bahwa potensi pertanian di Jawa Barat sangat luar biasa, bahkan penopang utama pada masa krisis ekonomi (akibat pandemi Covid-19) adalah sektor pertanian. Namun, sumber daya manusia sebagai penerus petani di Jawa Barat cenderung berkurang. Sehingga, program Petani Milenial bercita-cita sebagai mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian Jawa Barat yang memiliki inovasi, gagasan, dan kreativitas.
Melalui pemanfaatan teknologi digital, petani milenial akan menggerakkan kewirausahaan bidang agrikultur yang menjadikan wajah pertanian menjadi lebih segar dan atraktif untuk bisa berkelanjutan di Jawa Barat. Program Petani Milenial diharapkan dapat menyelesaikan masalah keterbatasan tenaga kerja sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan mencapai swasembada pangan.
Dengan melihat proses dan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada sektor pertanian, Jawa Barat optimis akan menjadi produsen pertanian yang akan diakui dunia. Sehingga, mempunyai kesempatan untuk berkiprah pada pasar pertanian dunia, salah satunya produk kentang.