Sumber: jabarprov.go.id
Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data teranyar mengenai pengangguran di Indonesia. Fakta yang mencengangkan adalah hampir 10 juta Gen Z di Indonesia berada dalam kondisi menganggur. Mereka termasuk dalam kategori youth not in education, employment, and training (NEET). Mengingat total populasi Gen Z di Indonesia yang mencapai sekitar 77 juta jiwa, angka ini menunjukkan bahwa 13 persen dari total Gen Z di Indonesia mengalami pengangguran.
Lebih lanjut, data tersebut juga mengungkapkan bahwa dari total 10 juta Gen Z yang menganggur, mayoritasnya adalah perempuan dengan jumlah mencapai 5,73 juta orang. Sementara itu, 4,17 juta lainnya adalah laki-laki. Fenomena ini menunjukkan adanya ketimpangan dalam pasar kerja yang mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk keterbatasan akses ke pendidikan dan pelatihan yang relevan.
Sumber: freepik.com
Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, yang saat ini berusia antara 12 hingga 27 tahun. Mereka dikenal sebagai "digital natives" karena tumbuh besar di era teknologi dan internet. Gen Z sangat terbiasa dengan perangkat digital dan platform online.
Populasi Gen Z diperkirakan akan terus meningkat pesat, dan pada tahun 2025, mereka diprediksi akan membentuk seperempat dari populasi wilayah Asia-Pasifik. Pertumbuhan ini membawa dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, budaya, dan teknologi. Memahami karakteristik dan kebutuhan Gen Z adalah langkah penting untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang mereka bawa, terutama dalam konteks pengangguran dan pemberdayaan ekonomi di Indonesia.
Gen Z sedang menghadapi tantangan signifikan di pasar kerja Indonesia yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di kalangan mereka. Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap situasi ini antara lain:
Generasi Z memiliki cara pandang yang berbeda terhadap dunia kerja dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Menurut Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita, lapangan kerja konvensional yang tersedia tidak sesuai dengan karakter Gen Z.
"Sementara itu, investasi di sektor teknologi dan startup yang cenderung lebih sesuai dengan karakter Gen Z tidak terlalu ekspansif, bahkan belakangan banyak yang gulung tikar. Sehingga menambah potensi pengangguran pada segmen generasi Z," ujarnya.
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Gen Z adalah ketidakcocokan antara keterampilan yang mereka miliki dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Banyak lulusan Gen Z belum memiliki keterampilan digital dan teknis yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan di era digital ini. Ketidakcocokan ini membuat banyak lulusan tidak siap untuk langsung bekerja, sehingga meningkatkan angka pengangguran di kalangan Gen Z.
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki, menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh seseorang yang baru lulus untuk mencari kerja adalah 6 bulan. Ketika seseorang salah memilih jurusan, maka masa tunggu hingga mendapatkan pekerjaan akan semakin lama, bahkan bisa mencapai 1 tahun. Oleh karena itu, perlu disertai dengan peningkatan keterampilan agar lulusan lebih siap menghadapi pasar kerja.
Berdasarkan data dari Open Data Jabar tahun 2023, 38.186.706 penduduk usia kerja di Jawa Barat, sekitar 5 persennya atau 1.888.287 jiwa merupakan pengangguran.
Sumber: Open Data Jabar
Yang menarik, jumlah pengangguran terbuka ini ternyata mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya, angka pengangguran di Jawa Barat lebih tinggi, namun tahun ini tercatat penurunan sebesar 12,57%.
Penurunan ini mencerminkan upaya pemerintah provinsi Jawa Barat dan berbagai pemangku kepentingan dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja.
Berdasarkan data terbaru, kelompok usia 20-24 tahun mencatat angka pengangguran tertinggi dengan total 656.304 jiwa. Disusul oleh kelompok usia 15-19 tahun yang mencapai 512.888 jiwa, dan kelompok usia 25-29 tahun dengan jumlah 258.100 jiwa. Jika dilihat dari rentang usia Gen Z, yaitu 12-27 tahun, memang jelas bahwa kelompok ini mendominasi tiga teratas jumlah pengangguran berdasarkan usia.
Sumber: Open Data Jabar
Data tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di provinsi Jawa Barat bervariasi secara signifikan antar wilayah. Yang mencolok adalah Kabupaten Bogor, yang mencatat tingkat pengangguran tertinggi dibandingkan daerah lainnya.
Sumber: Open Data Jabar
Selain Kabupaten Bogor, beberapa daerah lain di Jawa Barat juga menghadapi tingkat pengangguran yang cukup tinggi. Kabupaten Bekasi mencatat 141.257 jiwa pengangguran, sementara Kabupaten Bandung dan Kota Bandung masing-masing mencatat 122.429 dan 116.430 jiwa pengangguran. Kabupaten Karawang dengan 109.894 jiwa dan Kabupaten Cianjur dengan 107.215 jiwa juga masuk dalam daftar daerah dengan pengangguran tinggi.
Referensi: