Sumber: freepik.com
Isu stunting menjadi perhatian serius dalam konteks kesehatan masyarakat khususnya di Jawa Barat. Stunting menyebabkan efek yang serius terhadap kesehatan dan perkembangan anak-anak. Apa itu stunting? Berdasarkan definisi dari Kementerian Kesehatan RI, stunting mengacu pada hambatan pertumbuhan akibat akumulasi kurangnya asupan gizi yang berlangsung dalam jangka waktu lama, mulai dari masa kehamilan hingga usia 24 bulan.
Asupan gizi yang kurang berdampak negatif bahkan bisa mempengaruhi kualitas hidup anak-anak hingga masa dewasa nanti. Beberapa efek yang ditimbulkan di antaranya:
Anak-anak yang mengalami stunting menghadapi hambatan dalam pertumbuhan fisik mereka. Tinggi dan berat badan mereka cenderung lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan tubuh dan defisiensi nutrisi, yang berakibat pada kelemahan fisik yang lebih menonjol.
Stunting memiliki dampak pada perkembangan otak anak. Kemampuan kognitif, termasuk daya ingat, konsentrasi, dan pemahaman pada anak yang mengalami stunting cenderung menurun. Hal ini bisa menghambat kemampuan belajar mereka dan mempengaruhi perkembangan kognitif secara keseluruhan.
Akibat kekurangan nutrisi, balita yang mengalami stunting seringkali memiliki energi yang rendah dan mudah merasa lelah. Aktivitas fisik pun terpaksa harus dikurangi agar mereka tidak mudah kekurangan stamina.
Sistem kekebalan tubuh anak yang mengalami stunting itu lemah, sehingga mereka lebih rentan terhadap penyakit infeksi seperti pneumonia, diare, dan penyakit pernapasan lainnya. Kondisi stunting juga dapat mempengaruhi proses penyembuhan ketika balita mengalami sakit atau cedera.
Stunting dan gizi buruk adalah dua kondisi kesehatan yang berbeda meskipun keduanya berhubungan dengan masalah gizi pada anak-anak. Stunting mengacu pada bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama, mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Akibatnya, tinggi dan berat badan mereka lebih rendah dari anak sebayanya. Sementara itu, gizi buruk merupakan kondisi di mana anak mengalami kekurangan nutrisi esensial seperti protein, energi, vitamin, dan mineral. Gizi buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk berat badan yang sangat rendah, kulit kering dan keriput, rambut kusam, kelemahan fisik, dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk. Sumber: indonesiabaik.id
Perbedaan utama antara stunting dan gizi buruk terletak pada fokusnya. Stunting lebih menitikberatkan pada aspek pertumbuhan fisik, khususnya tinggi badan, sementara gizi buruk mencakup berbagai defisiensi nutrisi yang mempengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan.
Data menunjukkan bahwa pada tahun 2020, jumlah balita stunting di Jawa Barat mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pihak terkait untuk mengidentifikasi penyebab stunting dan merumuskan strategi penanganan yang tepat. Namun, di tahun 2021, ada kabar baik bahwa angka balita stunting mengalami penurunan sebesar 33,68%. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa stunting masih menjadi masalah serius, dan upaya penanggulangan harus terus dilakukan agar angka ini terus menurun.
Sumber: Open Data Jabar
Meskipun angka balita stunting di Jawa Barat mengalami penurunan yang signifikan, provinsi ini masih memiliki "PR" (pekerjaan rumah), terutama dalam lima wilayah yang menjadi sorotan dengan tingkat kasus balita stunting tertinggi di Jawa Barat.
Sumber: Open Data Jabar
Berdasarkan data yang tertera di atas, Kabupaten Bogor menempati posisi puncak sebagai wilayah dengan jumlah balita stunting terbanyak sepanjang tahun 2021, mencapai lebih dari 30.000 balita. Jumlah ini bahkan menyumbang sekitar 15% dari total kasus balita stunting se-Jawa Barat.
Prevalensi balita stunting mengacu pada persentase jumlah balita di suatu populasi yang mengalami stunting dalam pertumbuhan fisiknya. Prevalensi balita stunting digunakan sebagai indikator untuk menilai masalah gizi pada kelompok balita di suatu wilayah atau negara. Semakin tinggi nilainya, semakin serius dan mendesak perluasan upaya untuk mengatasi masalah ini.
World Health Organization (WHO) menetapkan angka prevalensi stunting yang menjadi target global adalah di bawah 20%. Hal ini sebagai upaya untuk menekan kasus stunting pada anak-anak di seluruh dunia dan mencapai target pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-2 terkait mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan memperbaiki nutrisi.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, ditemukan bahwa prevalensi balita stunting di Jawa Barat mencapai 20,2% pada tahun 2022. Namun bila dilihat secara nasional, Jawa Barat masih menempati peringkat ke-13 dengan nilai prevalensi balita stunting terendah.
Kabupaten Sumedang menjadi wilayah dengan nilai prevalensi tertinggi di Jawa Barat, yaitu 27,6% sedangkan nilai terendah diduduki oleh Kota Bekasi dengan angka 6%.
Sumber: databoks.katadata.co.id
Terlihat, masih terdapat 11 wilayah di Jawa Barat yang memiliki nilai prevalensi di atas rata-rata provinsi (20,2%). Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pencegahan dan penanganan stunting yang lebih intensif di wilayah-wilayah tersebut guna mencapai target global WHO yang menetapkan angka prevalensi stunting di bawah 20%. Apalagi, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga 14 persen di tahun 2024 mendatang.
Jawa Barat memiliki targetnya sendiri. Setelah berhasil menurunkan prevalensi stunting sebesar 4,3% dari tahun 2021 ke 2022, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil optimis Jawa Barat bisa menjadi provinsi dengan zero stunting di tahun 2023.
"Harus 'zero stunting' dan sekarang Jabar menuju 'zero stunting' setelah menjadi yang terbaik dalam penanganan penurunan stunting di Pulau Jawa," ungkap Ridwan Kamil.
Sumber: jabarprov.go.id
Salah satu langkah yang diambil adalah melibatkan 1,5 juta kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang siap untuk mengakselerasi strategi konvergensi dalam penurunan angka stunting di Jawa Barat. Dalam strategi konvergensi ini, kader PKK yang ada di desa atau kelurahan memiliki tugas untuk menyosialisasikan delapan aksi yang penting. Aksi cegah stunting tersebut mencakup analisis situasi terkait stunting, penyusunan rencana kegiatan, serta melaksanakan rembuk stunting untuk melibatkan semua pihak yang terkait.
Selain itu, digitalisasi untuk penanganan stunting di Provinsi Jawa Barat dilakukan melalui penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmadja, menegaskan bahwa langkah pertama adalah mengumpulkan data yang akurat dan komprehensif.
Selanjutnya, diperlukan keseragaman dalam metodologi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, serta prosedur lainnya. Setelah semua langkah ini terpenuhi dengan baik, dilakukan intervensi teknologi yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada generasi penerus dari ancaman stunting.
Sumber: freepik.com
Stunting bukanlah penyakit keturunan. Stunting merupakan kondisi akibat kekurangan nutrisi kronis yang terjadi selama periode kritis pertumbuhan anak, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Kondisi ini terjadi ketika anak tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dan berkualitas, terutama dalam hal gizi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan otak yang optimal.
Pencegahan stunting menjadi usaha yang harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan. Langkah-langkah yang dapat kita upayakan bersama di antaranya:
Literasi pangan sehat dan akses ke makanan bergizi selama kehamilan adalah langkah awal dalam pencegahan stunting. Gizi ibu hamil berperan penting dalam pertumbuhan janin dan mempengaruhi kesehatan bayi saat lahir. Ibu hamil disarankan untuk makan makanan yang kaya akan nutrisi seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, protein nabati dan hewani, serta produk susu. Asupan zat besi serta mengkonsumsi cukup air juga perlu untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi memberikan nutrisi yang optimal dan melindungi dari infeksi, sehingga membantu mencegah stunting. Langkah ini juga dilakukan oleh para ibu di Jawa Barat.
Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa Barat
Sumber: Open Data Jabar
Per tahun 2021, 374.501 bayi di Jawa Barat menerima ASI eksklusif. 15,8% atau jumlah penerima ASI eksklusif terbanyak berasal dari Kabupaten Bogor dengan total 59.040 bayi. Disusul dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur dengan total masing-masing 40.368 dan 35.113 bayi.
ASI memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan bayi pada enam bulan pertama kehidupan, namun, setelah usia enam bulan, kebutuhan nutrisi bayi mulai meningkat, dan MPASI diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sebelum memulai MPASI, konsultasikan dengan dokter atau petugas kesehatan untuk mendapatkan panduan dan rekomendasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan bayi, ya!
Pemeriksaan kesehatan rutin pada ibu hamil dan balita menjadi kunci untuk mendeteksi dini masalah gizi dan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan secara berkala memungkinkan para tenaga medis untuk mendeteksi dini masalah gizi dan kesehatan yang mungkin dialami oleh ibu hamil dan anak-anak balita. Dengan melakukan pemeriksaan rutin (minimal 6 kali dalam 9 bulan masa kehamilan), risiko stunting dapat diminimalisasi dan langkah-langkah preventif dapat segera diambil.
Memberikan pendidikan gizi mengenai pentingnya nutrisi dan perawatan kesehatan pada anak merupakan hal yang esensial bagi masyarakat. Di Jawa Barat, Jumlah ibu hamil yang mengikuti konseling gizi pun meningkat. Hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya peran gizi yang adekuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Minimal 4 Kali Berdasarkan Desa/Kelurahan di Jawa Barat
Sumber: Open Data Jabar
Itulah beberapa upaya yang sedang dilakukan di Jawa Barat untuk mengatasi stunting dan mewujudkan target ‘zero stunting’ pada tahun 2023. Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dan berbagai program pencegahan yang diterapkan, kita berharap prevalensi stunting terus menurun dan generasi penerus Jawa Barat dapat tumbuh dengan sehat dan hebat!
Referensi:
https://jabarprov.go.id/berita/jabar-komitmen-turunkan-stunting-dengan-spbe-8473