Isu polusi udara menjadi salah satu tantangan mendesak di Indonesia, terutama di wilayah perkotaan. Salah satu daerah yang terkena dampak serius adalah Tarumajaya, Bekasi. Kualitas udara di wilayah ini semakin memburuk, bahkan diibaratkan seakan menghirup efek dari 97 batang rokok sekaligus. Karenanya, Bekasi menempati peringkat kedua kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai angka 51 dengan kategori “tidak sehat”.

Isu ini tak hanya terbatas pada Bekasi. Tangerang Selatan menduduki peringkat pertama dengan nilai 56. Angka tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta yang menduduki peringkat kedelapan dengan nilai 43.

Di Jawa Barat, secara rata-rata Indeks Kualitas Udara (IKU) masih berada di bawah target nasional yakni 84.50. IKU Jawa Barat per 2021 masih berada di angka 79.34. Ini menunjukkan kepentingan mendesak dalam menangani permasalahan polusi udara di daerah tersebut.

Salah satu konsep solutif yang diajukan oleh Muhammad Aminullah, Manajer Kampanye dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jakarta, adalah perlunya pendekatan serius dalam menghadapi persoalan polusi udara. Strategi yang diusulkan adalah mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. Upaya mengendalikan polusi udara dapat diterapkan melalui pembatasan penggunaan mobil pribadi serta mendorong masyarakat untuk memanfaatkan transportasi publik, bersepeda, atau bahkan berjalan kaki.

Perjuangan melawan polusi udara di Indonesia memang rumit, namun dengan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan kelompok lingkungan, harapan untuk meningkatkan kualitas udara dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi mendatang akan terus ada.