Imlek: Momentum yang Menggerakan UMKM Jabar
Sumber: lifestyle.sindonews.com
Perayaan Imlek tidak hanya dinanti oleh 12.250 masyarakat beragama Konghucu di Jawa Barat—seperti yang tercatat dalam Open Data Jabar—tetapi juga menjadi momen berharga bagi para pelaku UMKM, khususnya di sektor kuliner dan kerajinan tangan.
Di Jawa Barat, jumlah pelaku UMKM terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat, dari tahun 2022 ke tahun 2023 bahkan meningkat dari 6.644.548 unit menjadi 7.055.660 unit–atau meningkat sebesar 5,83%.
Proyeksi Jumlah UMKM di Jawa barat
Sumber: Open Data Jabar, 2020–2023
Tren UMKM di Jawa Barat: Kuliner Jadi Kategori Usaha Terbanyak!
Berdasarkan data tiga tahun terakhir, ditemukan tren menarik, kategori kuliner, makanan, jasa/lainnya, craft, hingga fashion konsisten masuk ke dalam daftar top 5 jumlah UMKM terbanyak di Jabar.
Sumber: Open Data Jabar, 2021–2023
Data menunjukkan, sektor kuliner adalah yang paling tinggi selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 2021, tercatat ada 2.239.092 usaha kuliner, yang kemudian meningkat menjadi 2.374.630 di tahun 2022, dan mencapai 2.524.740 di tahun 2023.
Sedangkan untuk sektor craft, meskipun jumlahnya lebih sedikit, namun juga terus mengalami pertumbuhan yang stabil dari 520.235 usaha pada tahun 2021 menjadi 586.603 pada 2023.
Sementara itu, sektor lain seperti konveksi, minuman, aksesoris, batik, dan bordir juga menunjukkan perkembangan yang signifikan di Jawa Barat pada tahun 2023. Berdasarkan data dari Open Data Jabar, proyeksi jumlah UMKM di sektor konveksi mencapai 349.615 unit, diikuti oleh sektor minuman dengan 342.576 unit. Sektor aksesoris dan batik memiliki angka yang sama yaitu 16.425 unit, sedangkan bordir berada di angka 2.346 unit.
UMKM di Bidang Kuliner: Cerita “manisnya” kue keranjang yang jadi favorit ketika Imlek
Salah satu makanan khas yang selalu hadir saat Imlek adalah kue keranjang, kudapan manis yang terbuat dari tepung ketan dan gula. Di Jawa Barat, salah satu produsen kue keranjang yang terkenal berada di Jalan Selakaso, Kota Tasikmalaya. Rumah produksi ini sudah berdiri sejak tahun 1950 dan menjadi langganan banyak orang, baik dari masyarakat Tionghoa maupun umum, terutama saat menjelang Imlek.
Sumber: beritasatu.com
Menariknya, meskipun harga kue keranjang tahun ini naik menjadi Rp 40.000 per kilogram karena bahan baku yang semakin mahal, permintaan justru tetap tinggi. Ribuan pesanan berdatangan, tidak hanya dari Tasikmalaya, tetapi juga dari berbagai daerah di Priangan Timur.
Sama halnya di Kab.Karawang. Permintaan kue keranjang melonjak tajam menjelang Imlek. Yeli, produsen kue keranjang asal Kab. Karawang, mengungkapkan produksinya bahkan naik hingga dua kali lipat–mencapai 125 kilogram per hari sejak 5 Januari 2025. Ia bahkan mengembangkan produknya dalam berbagai varian, seperti pandan, coklat, dan durian. Pelanggannya tak hanya dari Karawang, tapi juga kota-kota seperti Jakarta, Cikarang, dan Bogor.
UMKM di Bidang Craft: Tentang lampion yang menyinari harapan
Sumber: rri.co.id
Tidak hanya di bidang kuliner, perayaan Imlek juga memberikan dampak besar bagi UMKM di bidang kerajinan tangan, seperti pembuatan lampion. Di Sukaraja, Kota Bandung, rumah produksi L&D Art Lamp menerima pesanan hingga 5.000 lampion menjelang Imlek 2025. Pesanan ini datang dari berbagai kota di Indonesia, menunjukkan tingginya permintaan akan dekorasi khas Imlek.
Lampion yang identik dengan perayaan Imlek menjadi simbol harapan, keberuntungan, dan kebahagiaan. Tingginya permintaan lampion menunjukkan bagaimana budaya Imlek mampu menggerakkan sektor kerajinan tangan, memberikan peluang bagi para pengrajin lokal untuk berkembang.
Imlek jadi momen berharga bagi pelaku UMKM
Lonjakan permintaan di sektor kuliner dan kerajinan tangan menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara budaya dan ekonomi mampu menciptakan dampak positif yang luas. Bahkan lebih luasnya lagi, bisa membuka peluang yang lebih besar untuk menciptakan lapangan kerja.
Dengan terus meningkatkan inovasi produk dan memperluas jangkauan pasar, pelaku UMKM di Jawa Barat tidak hanya meraih keuntungan secara finansial, tetapi juga turut melestarikan tradisi budaya yang menjadi identitas bangsa. Imlek, pada akhirnya, adalah bukti bahwa tradisi dan ekonomi dapat berjalan beriringan, menciptakan manfaat yang saling melengkapi.
Referensi
https://serantaumedia.id/tahun-baru-cina-di-indonesia